Indeks dolar AS (DXY) mengalami penurunan sekitar 0.2 persen ke kisaran 95.50-an pada sesi New York hari ini (19/1/2022), seiring dengan terkoreksinya yield US Treasury 10Y dari 1.902% menjadi 1.85.39%. Yield obligasi sejumlah negara maju lain juga menguat, sehingga mengikis keunggulan dolar AS terhadap rival-rival utamanya. Meski demikian, outlook greenback masih cemerlang.
Spekulasi pasar seputar rapat FOMC The Fed pekan depan semakin menggila. Para trader bukan hanya memperkirakan kenaikan suku bunga sebanyak empat kali selama tahun 2022, melainkan juga melempar wacana jumlah kenaikan suku bunga lebih tinggi.
Data-data ekonomi AS terkini mendukung harapan tersebut. Laporan izin pendirian bangunan (Building Permits) bertambah 9.1 persen (Month-over-Month) pada Desember 2021, jauh lebih pesat daripada pertumbuhan 3.9 persen pada periode sebelumnya. Sedangkan data Housing Starts meningkat 1.4 persen dalam periode yang sama. Angkanya lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 8.1 persen pada November, tetapi tergolong tinggi secara musiman, kemungkinan karena cuaca Desember lalu tak terlalu dingin.
Terlepas dari itu, dolar AS terkoreksi lantaran kenaikan yield obligasi pemerintah negara-negara lain. Yield obligasi 10Y Jerman meningkat ke atas ambang 0 persen untuk pertama kalinya sejak 2019, sehingga menandai perubahan signifikan bagi surat utang Zona Euro yang selama bertahun-tahun berada pada tingkat negatif. Kabar tersebut mendongkrak kurs EUR/USD sebesar 0.2 persen ke kisaran 1.1350-an.
“Kenaikan yield telah mengglobal, menular dan mendukung mata uang-mata uang seperti euro, sterling, dan dolar Kanada,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solution, “(Namun) Dolar masih berada pada fondasi yang lebih tangguh menjelang keputuan The Fed pekan depan di mana bank sentral bisa mengakhiri Quantitative Easing secara mendadak dan berpotensi menyiapkan pasar untuk menaikkan suku bunga secara agresif pada Maret.”
Sejumlah analis lain juga sepakat bahwa kurs dolar AS masih punya ruang untuk melaju. Mark McCormick dari TD Securities mengatakan pada awal pekan ini, “Kami tetap memiliki pandangan bahwa USD adalah ‘buy on dips’. Penembusan ulang ke bawah 1.14 dalam EUR/USD akan membuka peluang penurunan kembali menjadi fokus.”