Pasangan mata uang USD/JPY mencetak rekor tertinggi 20-tahun baru pada level 133.00 dalam perdagangan hari Selasa (7/6/2022). Depresiasi yen berhubungan dengan keteguhan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dalam mempertahankan suku bunga super-rendah, tetapi para pejabat pemerintah Jepang justru mengkritisi tren ini.
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan kepada parlemen Jepang bahwa ia akan terus mempertahankan suku bunga di level terendah untuk saat ini. Ia menilai kebijakan moneter longgar sesuai dengan kondisi perekonomian Jepang sekarang, meskipun mengakibatkan pelemahan nilai tukar yen di tengah tren kenaikan suku bunga yang digawangi oleh bank-bank sentral utama lainnya.
“BoJ akan terus melanjutkan pelonggarkan moneter kuat saat ini dan teguh mendukung aktivitas ekonomi,” kata Kuroda, “Kami menargetkan sebuah siklus yang baik di mana harga naik secara moderat sementara keuntungan perusahaan, pekerjaan dan upah meningkat.”
Pernyataan tersebut mendorong reli USD/JPY semakin merangsek naik. Pelemahan yen baru termoderasi setelah seorang pejabat Jepang menyampaikan komentar lain dalam beberapa jam kemudian.
“Penting bahwa nilai tukar tetap stabil, dan mencerminkan fundamental ekonomi,” kata Menteri Keuangan Shunichi Suzuki kepada wartawan di Tokyo setelah yen menembus ambang 132.00 terhadap dolar AS, “Pemerintah mengamati pergerakan pasar valuta asing dan dampaknya terhadap ekonomi Jepang dengan rasa urgen.”
Komentar Suzuki membangkitkan kembali spekulasi seputar kemungkinan Jepang melaksanakan intervensi di pasar mata uang guna mencegah depresiasi yen berkelanjutan yang dapat meningkatkan beban hidup masyarakat dan mencederai perekonomian. Namun, sejumlah analis menilai retorika saja tak cukup untuk menanggulangi depresiasi yen.
Suzuki sempat melontarkan komentar serupa pada bulan April setelah USD/JPY menembus 120.00, tetapi Jepang tak benar-benar mengambil tindakan apa pun hingga saat ini. Tak pelak, pasar menilai Jepang siap mentolerir pelemahan yen lebih jauh lagi.
Perlu diperhatikan pula bahwa pernyataan kebijakan BoJ terkesan tak mempedulikan pelemahan kurs yen. Mereka menilai pelemahan tersebut merupakan imbas yang dapat ditolerir, sedangkan kebijakan moneter longgar dan suku bunga rendah perlu diprioritaskan guna mencapai target-target bank sentral.