Indeks dolar AS (DXY) relatif stabil pada kisaran 102.55 pada perdagangan sesi Asia hari Kamis (9/6/2022). Hampir semua mata uang mayor menampilkan volatilitas rendah, khususnya EUR/USD yang terkekang pada kisaran 1.070-an. Pelaku pasar cenderung wait-and-see menjelang rapat kebijakan bank sentral Eropa (ECB) hari ini.
Pasar memperkirakan ECB akan memasang pose hawkish dalam pengumuman hasil rapat kebijakannya nanti sore. Konten pengumuman kemungkinan berkisar antara diakhirinya program pembelian aset pada bulan ini, diikuti dengan kisi-kisi untuk beberapa kali kenaikan suku bunga beruntun mulai Juli. Namun, terdapat simpang-siur seputar berapa besar kenaikan suku bunga yang siap dilaksanakan oleh ECB.
Spekulasi konsensus sementara terpecah antara 25 dan 50 basis poin. Kebanyakan analis menilai EUR/USD berpeluang melanjutkan reli jika ECB memberikan isyarat kenaikan suku bunga sebanyak 50 basis poin saja. Pasalnya, pasar sudah memperhitungkan kenaikan suku bunga 25 basis poin.
“Para bulls berharap untuk melihat (kenaikan suku bunga) 50 basis poin dan mereka kemungkinan akan mendapatkan 25,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA New York, sebagaimana dilansir oleh Reuters, “Harapannya terletak di mana yield obligasi global berada dan khususnya di seluruh Eropa mungkin ada lebih banyak sisi positif dan itulah sebabnya Anda mendapatkan beberapa langkah bagus di sini, pada akhirnya pasar akan benar-benar terpaku pada apa yang akan disampaikan (presiden ECB Christine) Lagarde pada konferensi pers itu.”
Trader dan investor saat ini sudah sepenuhnya meyakini prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve AS, sehingga pergerakan kurs mata uang di pasar forex kemungkinan akan lebih bereaksi pada perkembangan di bank sentral lain. Salah satu contoh paling mencolok adalah pasangan mata uang USD/JPY yang terus menerus mencetak rekor tertinggi baru multi-dekade lantaran keputusan bank sentral Jepang (BoJ) untuk mempertahankan suku bunga negatif.
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda meyakini bahwa laju inflasi takkan meningkat drastis seperti yang terjadi di negara-negara lain, sehingga pihaknya akan terus mempertahankan suku bunga di level terendah. Menteri Keuangan Shunichi Suzuki sempat mengungkapkan kekhawatirannya terhadap pelemahan kurs yen Jepang sebagai imbas dari kebijakan tersebut, tetapi Kuroda mengklaim depresiasi nilai tukar merupakan sesuatu yang positif bagi perekonomian.