Perdagangan saham menghadapi fluktuasi sangat tinggi sepanjang tahun 2019. Beragam indeks saham Wall Street mencetak rekor tertinggi baru karena bank sentral AS (Federal Reserve) memangkas suku bunga secara bertahap. Namun, bursa saham di negara-negara non-AS menghadapi situasi yang lebih kritis. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengukur kinerja bursa efek Indonesia, bahkan cenderung bearish hingga akhir tahun ini. Bagaimana kita akan bisa sukses main saham di tahun 2020?
Setelah dibuka pada level 6197.87 pada awal tahun 2019, IHSG sempat mencapai rekor tertinggi satu tahun pada level 6636.33 di bulan April. Namun, sekitar sebulan kemudian posisinya anjlok ke kisaran 5767.40. Setelah itu, IHSG naik-turun terus hingga ditutup pada level 6284.37 pada akhir perdagangan hari Jumat kemarin (22/Desember). Banyak orang khawatir kalau jungkat-jungkit seperti ini akan terus berlanjut di bursa efek Indonesia hingga tahun 2020. Untuk mengatasinya, ada beberapa tips sukses main saham yang dapat Anda lakukan.
1. Bersiap Menghadapi Volatilitas Tinggi
Banyak analis mensinyalir volatilitas pasar saham masih akan terus berada dalam tingkat tinggi. Masalahnya, banyak sekali peristiwa besar berskala dunia yang dapat diantisipasi sejak sekarang. Beberapa diantaranya yang paling krusial adalah pemilu presiden AS 2020, kelanjutan negosiasi perdagangan AS-China, serta iklim suku bunga rendah global. Investor harus siap menghadapi dampak dari kabar apapun yang muncul terkait beragam peristiwa tersebut.
Analis dari Wells Fargo, sebuah perusahaan jasa finansial multinasional yang berpusat di San Francisco, mengatakan bahwa ada risiko reli yang disusul oleh koreksi mendalam pada tahun 2020. Chris Harvey, Kepala Pakar Strategi Ekuitas Wells Fargo, menulis dalam catatan untuk klien bahwa investor harus siap-siap untuk menghadapi pasar modal yang lebih volatile.
Khusus untuk indeks-indeks Wall Street, Harvey memperingkatkan, “Ada kemungkinan koreksi pasar 10 persen pada paruh pertama tahun 2020; kami memperkirakan satu (koreksi) pada akhir Maret/awal April ketika neraca The Fed mulai berhenti tumbuh. Jika kami menyaksikan aksi jual yang cukup sehat pada paruh pertama tahun 2020, kami akan membeli (buy on weakness), asalkan faktor-faktor lain tak berubah. Hingga saat itu, kami merekomendasikan (investor) agar mengurangi risiko portofolio secara perlahan dan sesuai peluang.”
Proyeksi itu dapat dijadikan bahan pertimbangan bagus bagi investor yang main saham di BEI juga. Volatilitas tinggi mengisyaratkan peluang profit besar dari saham-saham gorengan bagi trader saham spekulatif. Investor yang suka serok bawah (buy on weakness) juga akan mendapatkan peluang untuk beli saham-saham blue chip unggulan dengan harga diskon. Sangat menarik, bukan?! Apabila Anda baru akan mulai main saham, maka tahun 2020 merupakan momen yang sangat tepat.
Namun, karena proyeksi pasar saham tahun 2020 masih volatile (belum bullish), maka perhatikan dua poin berikut ini:
- Anda harus siap hold jangka menengah-panjang atau setidaknya memiliki persediaan dana memadai agar tidak terpaksa cut loss di tengah jalan karena kekurangan modal. Sayang sekali kan seandainya sudah berhasil borong saham BBCA atau UNVR, tapi terpaksa jual karena butuh tambahan modal bisnis.
- Ada baiknya Anda menghindari main saham menggunakan margin untuk sementara waktu, karena risikonya bisa meningkat jadi terlalu tinggi. Belajarlah dari pengalaman perusahaan sekuritas Narada Asset Management yang beragam portofolio-nya dibubarkan gara-gara gagal bayar pada bulan November 2019.
2. Diversifikasi Portofolio Ke Aset Lain
Selama bertahun-tahun, diversifikasi portofolio telah dimasukkan oleh para pakar dalam jajaran strategi terbaik untuk mengendalikan risiko investasi. Diversifikasi artinya Anda membagikan dana investasi ke beberapa jenis aset, bukannya memasukkannya dalam satu jenis aset saja. Langkah ini dapat Anda lakukan untuk menanggulangi ancaman volatilitas tinggi pada tahun 2020.
Katakanlah Anda memiliki dana investasi sebesar Rp100 juta, maka jangan gunkan semua dana ini untuk main saham saja. Bagilah dana itu menjadi beberapa bagian. Meskipun sebagian besar dana masih dipergunakan untuk main saham, tetapi setengahnya dapat dialokasikan pada aset investasi lain. Beberapa jenis aset yang dapat dipilih antara lain obligasi negara (SBR, ORI, atau Sukuk Tabungan), emas, deposito, dan reksa dana. Pilih wahana diversifikasi aset sesuai dengan minat risiko dan target investasi Anda.
Dengan demikian, seandainya terjadi situasi tak terduga seperti market crash yang mengakibatkan bursa saham tumbang, Anda tidak akan mengalami bangkrut seketika. Masih ada cukup banyak persediaan dana (yang disimpan sementara pada aset investasi lain) untuk dijadikan modal mulai main saham lagi dengan mengeruk saham-saham yang sedang jatuh dan berharga murah meriah.
3. Pilih Saham Dengan Memerhatikan Beta
Tahukah Anda, apa itu beta saham? Beta saham adalah barometer level risiko saham terhadap tingkat risiko pasar di mana saham tersebut diperdagangkan. Data beta saham biasanya dapat dilihat pada menu analitik fundamental dalam platform trading saham online yang disediakan oleh perusahaan sekuritas.
Ada tiga kategori beta yang perlu Anda perhatikan saat memilih saham untuk dikoleksi:
- Beta saham di atas 1 (β >1): Harga saham sangat sensitif terhadap perubahan IHSG. Umpama beta saham 2, maka ketika IHSG naik 1 persen, harga saham ini mungkin naik 2 persen. Namun, saat IHSG turun 1 persen, maka harga saham ini juga bisa anjlok 2 persen.
- Beta saham di bawah 1 (β<1): Harga saham tak terlalu sensitif terhadap perubahan IHSG. Umpama beta saham 0.2, maka ketika IHSG turun 1 persen, harga saham ini mungkin hanya akan turun 0.2 persen.
- Beta saham di bawah 0 (β<0): Ketika beta saham negatif, maka saham tersebut cenderung bergerak ke arah yang berlawanan dengan IHSG. Ketika IHSG naik, harga saham turun. Sedangkan ketika IHSG turun, maka harga sahamnya naik.
Dengan memperhatikan beta saham yang dipilih, maka Anda dapat menyusun portofolio yang lebih baik dan tahan banting. Misalnya jika mengoleksi 4 saham, maka menjaga agar tidak semua saham yang dikoleksi itu memiliki beta di atas 1. Mengapa demikian? Karena saham-saham yang sensitif gejolak pasar memiliki potensi untuk jatuh paling dalam pula ketika terjadi crash, tetapi punya peluang bangkit paling cepat pula ketika terjadi pemulihan.