Kurs pound sterling tampir ciamik terhadap berbagai mata uang lainnya dalam perdagangan akhir pekan ini (28/4/2023), sehingga berpeluang menorehkan candle bullish dalam timeframe bulanan. GBP/USD bertengger pada kisaran 1.2580, level tertinggi sejak Juni 2022. GBP/JPY juga melambung sampai level tertinggi sejak Oktober kisaran 171.00, sementara EUR/GBP menderita aksi jual selama empat hari terakhir.
Data dari Lloyds Bank menunjukkan bahwa keyakinan bisnis di Inggris meningkat sampai 33 persen. Ini merupakan level tertingginya dalam sebelas bulan terakhir, sekaligus menandakan kenaikan berkelanjutan di atas rata-rata jangka panjang yang terletak pada 28 persen.
Data mengisyaratkan bahwa perekonomian Inggris kemungkinan berkinerja lebih baik daripada perkiraan para ekonom, sehingga meningkatkan sentimen positif pasar terhadap pound sterling. Tekanan inflasi juga masih cukup tinggi, karena data ekspektasi gaji tersokong oleh peningkatan rencana rekrutmen untuk bulan kelima beruntun dalam laporan Lloyds Bank. Jumlah perusahaan yang berencana untuk menaikkan harga produk mereka pun ikut tetap sangat banyak.
Situasi ekonomi Inggris yang seperti ini kemungkinan akan mendesak Bank of England (BoE) untuk menaikkan bunga terus. Apalagi jika perkiraan BoE tentang penurunan tekanan inflasi tahun ini ternyata tak terealisasi.
Patut diketahui, Britania Raya saat ini memiliki laju inflasi tertinggi dibandingkan negara-negara asal mata uang mayor lainnya. Laju inflasi konsumen Inggris pada Maret mencapai 10.1 persen, atau lebih dari lima kali lipat lebih tinggi daripada target BoE yang dipatok pada tingkat 2 persen. Para pakar menanggapinya dengan memperkuat proyeksi kenaikan suku bunga Inggris ke depan.
GBP/USD dalam jangka pendek tersokong pula oleh depresiasi dolar AS. Pelaku pasar bukan hanya meyakini Federal Reserve masih mampu menaikkan bunga satu kali lagi, tetapi juga percaya mereka bakal memulai pemangkasan bunga dalam paruh kedua tahun ini.
Pergelutan EUR/GBP lebih sengit dibandingkan pasangan mata uang cross sterling lainnya. Publikasi data ekonomi dari beberapa negara anggota Zona Euro hari ini campur aduk antara kinerja positif dan negatif. Meskipun data-data tersebut kemungkinan tak mengganggu niat European Central Bank (ECB) untuk menaikkan bunga lagi, tetapi telanjur menggerogoti optimisme pasar.