Indeks dolar AS (DXY) melesat lagi dalam perdagangan sesi New York hari Jumat (12/5/2023), sehingga berpeluang menutup pekan ini dengan kinerja terbaik sejak Februari. Para analis berpendapat dolar kemungkinan menguat lantaran statusnya sebagai investasi safe haven di tengah peningkatan kecemasan pasar terhadap isu plafon utang dan gejolak perbankan AS.
Saham beberapa bank regional AS ambruk lagi pada akhir perdagangan hari Kamis kemarin. Kemerosotan terbesar dialami oleh saham PacWest yang rontok lebih dari 20 persen. Saham PacWest pekan lalu sempat ambles lantaran rumor tentang rencana penjualan bisnisnya, kini tersungkur kembali akibat beredar kabar bahwa jumlah simpanan pihak ketiganya merosot drastis.
Isu plafon utang pemerintah AS terus marak diperbincangkan. Para elite partai Demokrat dan Republik di Kongres AS saling menyalahkan dan beradu retorika tanpa kejelasan mengenai kesepakatan batas utang baru. Padahal, apabila mereka gagal mencapai kesepakatan sampai tanggal 1 Juni, pemerintah federal AS terancam mengalami default dan penurunan peringkat kredit secara signifikan.
Kedua faktor itu berkontribusi besar dalam mengerek nilai tukar dolar AS saat ini. Pasalnya, makin banyak pelaku pasar yang memilih untuk menyimpan dana tunai dan melikuidasi aset-aset investasi berisiko tinggi dalam portofolio mereka.
Beberapa analis menilai penguatan kurs dolar AS yang dimotori oleh kedua faktor tersebut hanya akan berlangsung sementara saja, sedangkan ekspektasi inflasi dan suku bunga ke depan akan membebani greenback dalam jangka waktu yang lebih panjang. Namun, sejumlah analis lain memiliki pandangan yang lebih optimistis terhadap dolar AS.
Adam Cole, kepala strategi mata uang di RBC Capital Markets, mengatakan bahwa ia tak setuju pada pandangan bearish atas dolar AS yang dominan di pasar saat ini. Ia menilai tren bearish maupun bullish belum dapat dipastikan akan berlangsung secara berkelanjutan. Katanya, “Kita akan memiliki periode di mana dolar berkinerja baik dan buruk.”
Dominasi doalr AS terlihat menonjol dalam beragam pasangan mata uang mayor. NZD/USD berkinerja terburuk dengan kemerosotan harian sekitar 1.75 persen, disusul oleh dolar Australia, yen Jepang, dan euro.