Indeks dolar AS (DXY) gagal menembus ambang 105.00 dan surut kembali ke kisaran 104.00 dalam perdagangan sesi Asia dan Eropa hari Jumat (17/3/2023). Bank-bank sentral utama bergerak cepat untuk membendung benih-benih krisis perbankan yang merebak dalam beberapa hari belakangan ini, sehingga para trader dan investor tak lagi mengakumulasi aset safe haven ini.
Kejatuhan Silicon Valley Bank dan beberapa bank lain di AS pekan lalu telah membangkitkan momok pasar tentang krisis keuangan global 2008. Kekhawatiran kian memuncak setelah Credit Suisse, salah satu bank terbesar Eropa, juga dikabarkan mengalami masalah keuangan.
Kurs dolar AS sempat melambung pada hari Rabu sehubungan dengan berita-berita tersebut. Namun, gejolak pasar mulai mereda setelah Federal Reserve AS dan Swiss National Bank menegaskan kesiapan untuk menghadapi ancaman krisis dengan likuiditas tambahan.
Minat risiko pasar selanjutnya terkerek oleh keberhasilan upaya penyelamatan First Republic Bank melalui dana talangan dari 11 bank di Amerika Serikat, sementara tiga bank bermasalah lainnya diambil alih oleh lembaga regulator AS. Di Eropa, Credit Suisse juga memperoleh bantuan dana dari Swiss National Bank untuk memulihkan kepercayaan pelanggan.
“Asalkan kita tidak mendapatkan berita negatif lainnya seputar sektor perbankan, atau seseorang kolaps, kita mungkin melihat sedikit kenaikan minat risiko, ekuitas menanjak, obligasi Treasury melemah sedikit, dan dolar terguling di tengah kombinasi reli kelegaan (pasar) dan himpitan posisi,” kata Michael Brown, pakar strategi dari TraderX.
Sebagian pelaku pasar masih mempertahankan sikap waspada sambil terus memantau kabar-kabar paling anyar dalam bidang perbankan. Kewaspadaan itu terlihat dalam kurs USD/JPY dan EUR/JPY yang terus terkungkung dalam rentang terendah satu bulan, kendati pasangan mata uang lain sudah mulai kembali ke posisi yang ditempati masing-masing sebelum merebaknya krisis ini.
Para trader juga menyoroti rapat kebijakan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pekan depan. Opini apa pun yang disampaikan oleh FOMC terkait masalah suku bunga dan stabilitas perbankan dapat memicu gejolak pasar.
Konsensus sebelumnya memperkirakan FOMC menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam kesempatan tersebut. Namun, bayang-bayang krisis perbankan membuat sebagian trader berharap FOMC mengerem pengetatan kebijakan moneternya demi meredakan tekanan pada sektor keuangan.