GBP/USD terus melemah sejak awal pekan ini hingga menyentuh level terendah 1.2373 pada perdagangan sesi Eropa hari Selasa (23/5/2023). Sterling menghadapi tiga pukulan sekaligus, yakni pernyataan Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) yang bernada dovish pada pekan lalu, sentimen pasar global yang memburuk, serta data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang mengecewakan.
Laporan preliminer S&P Global menunjukkan skor PMI Manufaktur Inggris jatuh dari 47.8 menjadi 46.9 pada bulan Mei, padahal konsensus mengharapkan kenaikan ke 48.0. Skor PMI Jasa juga terkoreksi lebih dalam dari 55.9 menjadi 55.1, bukannya ke 55.5 saja seperti diperkirakan sebelumnya.
Data-data tersebut menandakan bahwa perekonomian Inggris Raya akan terus melaju dengan lamban dalam bulan-bulan mendatang. Di saat yang sama, reli semakin banyak yang mempertanyakan apakah reli GBP/USD benar-benar sudah berakhir.
Sterling menampilkan kinerja lebih baik terhadap mata uang negeri jirannya, euro. Pada pekan lalu, EUR/GBP jatuh ke level terendah sejak Desember. Euro sempat meningkat berkat pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde yang bernada hawkish pada akhir pekan, tetapi kini kembali mendekati level terendah multibulan pada kisaran 0.8670-an.
Pelaku pasar kini menantikan perilisan data inflasi Inggris pada hari Rabu. Data inflasi yang lemah dapat memicu kemerosotan sterling yang lebih tajam terhadap dolar maupun euro, karena mengonfirmasi pernyataan dovish Gubernur BoE pekan lalu.
“Kami telah condong pada posisi long EUR/GBP, mengharapkan (EUR/GBP) 0.90 pada kuartal kedua. Namun, kami masih menunggumomen yang tepat karena EUR/GBP berada dalam jalur menurun pada Mei. Jika CPI ternyata lemah pada pekan depan, itu dapat memicu kenaikan dalam EUR/GBP,” kata Jordan Rochester, pakar strategi FX di Nomura, dalam catatannya pekan lalu.
Valentin Marinov dari Credit Agricole berpendapat senada. Ia mengatakan, data-data Inggris sudah mulai “mendingin” dan ada kecenderungan data meleset pada Mei ini. Oleh karena itu, GBP rentan mengalami penurunan dalam jangka pendek.
Marinov menambahkan, “BoE telah mensinyalkan bahwa mereka memperkirakan inflasi Inggris akan menurun dengan tajam mulai sekarang, dan konfirmasi atas pandangan itu dapat mendorong investor untuk memangkas ekspektasi kenaikan suku bunga BoE mereka sehingga mencederai GBP. Mata uang ini bisa makin rapuh jika kita mendapatkan bukti lebih lanjut tentang permintaan domestik yang melambat dan outlook sentimen bisnis yang melemah.