Euro sempat menguat berkat pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde yang bernada hawkish pada akhir pekan. Namun, sang Single Currency terjungkal lagi dalam perdagangan hari Selasa (23/5/2023) lantaran data ekonomi yang mengecewakan. EUR/USD jatuh lebih dari 0.4 persen sampai 1.0760-an, sementara EUR/GBP kembali mendekati level terendah sejak Desember.
Laporan preliminer Purchasing Managers’ Index (PMI) menunjukkan skor sektor manufaktur Zona Euro tergelincir lebih lanjut dalam area kontraksi dari 45.8 ke 44.6, bukannya membaik ke 46.2 seperti diperkirakan sebelumnya. Skor PMI Jasa juga selip dari 55.9 ke 55.1, padahal konsensus hanya mengantisipasi penurunan ke 55.5.
S&P Global mengatakan bahwa ekspansi di seantero Zona Euro termoderasi akibat arus bisnis baru yang nyaris macet. Kepercayaan bisnis bahkan tenggelam ke level terendah dalam lima bulan terakhir, karena perusahaan-perusahaan mengkhawatirkan outlook ekonomi ke depan.
Bert Colijn, Ekonom Senior Zona Euro di ING Bank, berpendapat, “Rilis PMI (Zona Euro) Mei mengonfirmasi bahwa kekhawatiran tentang inflasi inti yang tinggi berpusat pada (sektor) jasa, sedangkan inflasi barang siap melemah mulai dari sekarang. Perekonomian terus berlanjut dalam fase terombang-ambing, karena stagnasi yang terlihat pada pergantian tahun belum berubah menjadi pemulihan yang kuat. Kinerja jasa yang kuat serta tekanan inflasinya kemungkinan akan membuat ECB terus siaga menjelang musim panas, seiring meluasnya dampak inflasi secara keseluruhan.”
“ECB akan pusing dengan data harga PMI,” kata Cyrus de la Rubia, Kepala Ekonom di Hamburg Commercial Bank, “Ini karena harga penjualan dalam sektor jasa ternyata naik lebih tinggi daripada bulan sebelumnya. Perkembangan harga dalam sektor ini lah yang dipantau ECB dengan cermat.”
Presiden ECB Christine Lagarde pekan lalu menegaskan kesiapan untuk menaikkan suku bunga lagi, karena tekanan inflasi masih sangat tinggi. Namun, kenaikan suku bunga terus menerus dapat menimbulkan efek samping bagi perekonomian.
Inflasi tidak akan langsung turun seiring dengan kenaikan suku bunga, melainkan membutuhkan masa transmisi kebijakan yang cukup lama. Dalam masa itu, kombinasi inflasi dan suku bunga tinggi dapat memperburuk kondisi ekonomi kawasan. Beban rumah tangga dan perusahaan meningkat, sedangkan permintaan berkurang dan pengangguran terancam bertambah.