Kurs dolar AS mengalami pelemahan terbatas pada awal perdagangan sesi New York hari Selasa (11/4/2023). Indeks dolar AS (DXY) terkurung dalam rentang antara 102.00-102.50 yang terbentuk kemarin, sementara EUR/USD menguat hampir 0.5 persen ke kisaran 1.0900.
Beberapa hasil survei Purchasing Managers’ Index (PMI) Amerika Serikat untuk bulan Maret lalu menunjukkan perlambatan yang lebih tajam daripada perkiraan pasar. Kabar itu telah mengakibatkan pelemahan dalam kurs dolar AS, meskipun posisinya pulih sedikit seusai perilisan data Non-farm Payroll pada hari Jumat.
Data Non-farm Payroll dan laporan ketenagakerjaan AS lainnya mengisyaratkan The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi sebesar 25 basis poin pada rapat FOMC tanggal 2-3 Mei mendatang. Akan tetapi, penurunan laju pertumbuhan pendapatan rata-rata perjam dari 4.6% ke 4.2% membuktikan bahwa proses disinflasi terus berlanjut dan membatasi ekspektasi suku bunga ke depan.
Pelaku pasar kini terus mewaspadai adanya tanda-tanda resesi dan disinflasi yang mungkin mengemuka dalam data-data ekonomi berikutnya. Pengumuman data inflasi konsumen (CPI) pada hari Rabu dan penjualan ritel pada hari Jumat menjadi fokus utama jangka pendek.
Jika kedua data melaju lebih lambat daripada ekspektasi, pasar akan semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga setelah menyetop rate hike dalam tahun ini. Sebaliknya, data yang lebih baik dapat mengerek kurs dolar AS.
“Perkiraan sekarang dari The Fed Cleveland menunjukkan peningkatan kuat sebesar 0.5% per bulan (~6% annualized) dalam inflasi inti,” ujar Joseph Capurso, kepala ekonomi internasional di Commonwealth Bank of Australia, “Apabila estimasi The Fed Cleveland terbukti benar, perhitungan untuk pemangkasan bunga The Fed jangka pendek mungkin berkurang separuh. Penurunan spekulasi ini secara signifikan dapat mendukung USD.”
Sebagian pelaku pasar lainnya lebih suka melepas dolar AS dalam situasi ini. Khususnya karena valuasi dolar AS terhadap beberapa mata uang mayor terlihat sangat mahal dan berpotensi terkoreksi.
“Tak ada yang salah dengan menjual dolar, mengingat prospek kebijakan moneter dan valuasi dolar yang tinggi secara historis. Namun, posisi long EUR/USD (dalam perdagangan spot) kemungkinan akan bikin frustasi karena posisi saat ini menyebabkan pullback berkali-kali,” kata Kit Juckes, kepala strategi FX di Societe Generale, “Pasar spekulatif (saat ini) masih memasang posisi short GBP dan CHF, sehingga keduanya mungkin memberikan peluang lebih besar (untuk memantul terhadap dolar AS -red), meskipun jangkauan divergensi dari tren EUR/USD akan terbatas.”