Duet EUR/USD merosot lebih dari 0.5 persen sampai level terendah satu bulan pada kisaran 1.0850 dalam perdagangan hari Jumat (12/5/2023). Dua faktor berkontribusi dalam pelemahan euro kali ini, yakni memburuknya sentimen risiko global serta menurunnya ekspektasi suku bunga Zona Euro.
Bank Sentral Eropa (ECB) kemarin merilis hasil survei yang menunjukkan bahwa konsumen menaikkan ekspektasi inflasi mereka untuk pertama kalinya sejak Oktober tahun lalu. Akan tetapi, pernyataan terbaru dari seorang pejabat ECB malah mengisyaratkan keinginan untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga berikutnya.
Francois Villeroy de Galhau, bos bank sentral Prancis, mengatakan pada hari Rabu bahwa ECB sudah hampir menyelesaikan kampanye-nya untuk menaikkan suku bunga. Ia menyatakan pula bahwa kenaikan suku bunga lanjutkan akan “lebih marjinal” dibanding sebelumnya.
Andrzej Szczepaniak, ekonom Eropa senior di Nomura, berkomentar, “Pandangan saya adalah bahwa anggota dewan gubernur ECB lebih khawatir terhadap perlambatan ekonomi di AS dan kemungkinan efek menularnya ke kawasan Euro.”
Di tengah situasi ini, para trader berfokus pada rilis peringkat utang pemerintah Italia yang akan diumumkan oleh Fitch dan Moody’s secara terpisah dalam beberapa hari ke depan. Euro berpotensi melemah lebih lanjut apabila peringkat utangnya Italia diturunkan, karena dapat memperburuk peringkat kredit negara-negara Euro lainnya.
Pelaku pasar saat ini juga mencemaskan sejumlah risiko global dalam waktu dekat, sehingga meningkatkan permintaan atas dolar AS. Beberapa data ekonomi penting dari China dan Inggris dalam pekan ini meleset dari ekspektasi konsensus. Amerika Serikat juga sedang tidak baik-baik saja.
Saham beberapa bank regional AS ambruk lagi pada akhir perdagangan hari Kamis kemarin. Kemerosotan terbesar dialami oleh saham PacWest yang rontok lebih dari 20 persen akibat merosotnya jumlah simpanan pihak ketiga.
Isu plafon utang pemerintah AS terus marak diperbincangkan. Para elite partai Demokrat dan Republik di Kongres AS saling menyalahkan dan beradu retorika tanpa kejelasan mengenai kesepakatan batas utang baru. Padahal, apabila mereka gagal mencapai kesepakatan sampai tanggal 1 Juni, pemerintah federal AS terancam mengalami default dan penurunan peringkat kredit secara signifikan.