Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) menaikkan suku bunga AS sebanyak 75 basis poin lagi tadi malam, sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan tersebut mendorong greenback menguat lebih lanjut di pasar forex, sehingga indeks dolar AS (DXY) mencetak rekor tertinggi dua dekade baru pada kisaran 111.80-an. Greenback kemudian sempat terguncang oleh intervensi Jepang terkait yen, tetapi tetap mempertahankan posisi di level tinggi.
Menyusul pengumuman terbaru ini, suku bunga The Fed telah mencapai level 3.00-3.25 persen. Ini merupakan level Fed Funds Rate tertinggi sejak tahun 2008. Para pengambil kebijakan moneter AS juga mengungkapkan niat untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut sampai dua tahun ke depan.
“Saya masih menganggap (pengumuman The Fed) ini positif bagi USD secara moderat,” kata Ulrich Leuchtmann, Kepala Riset FX dan Komoditas di Commerzbank, “Bagaimanapun, semuanya bisa jadi sangat berbeda. Powell harus menjawab beberapa pertanyaan tentang jeda hipotetis di masa depan dalam siklus suku bunga (dalam konferensi pers). Tidaklah mudah melakukannya tanpa menimbulkan penfsiran dovish.”
Data Dot Plot menunjukkan median suku bunga untuk akhir tahun 2022 dari 3.4 persen menjadi 4.4 persen, sehingga mengisyaratkan masih akan ada 125 basis poin kenaikan suku bunga lagi hingga Desember. Sedangkan median untuk tahun 2023 naik 80 basis poin lebih tinggi sampai 4.6 persen. Dot Plot mengisyaratkan pengetatan moneter baru akan terlaksana sekitar 2024 dengan median suku bunga 3.9 persen.
Ketua The Fed mengutarakan kesiapan untuk terus mengetatkan kebijakan moneter demi mengendalikan inflasi, meskipun kebijakan ini akan mengakibatkan perlambatan ekonomi AS. The Fed memperkirakan inflasi masih akan tetap tinggi dalam waktu dekat sementara dampak kenaikan suku bunga belum meluas. Di saat yang sama, mereka merevisi turun proyeksi pertumbuhan PDB dan menaikkan proyeksi tingkat pengangguran.
Fokus para analis berikutnya beralih pada kontribusi kenaikan suku bunga dalam perlambatan ekonomi dan apresiasi dolar AS. Dolar AS kemungkinan akan tetap kuat sehubungan dengan selisih suku bunga yang sangat besar dibandingkan mata uang mayor lain. Namun sejumlah analis mempertanyakan kemampuan greenback untuk mendaki lebih lanjut, mengingat posisinya saat ini sudah sangat overpriced.