Dolar Aussie menjadi mata uang berkinerja paling top dalam perdagangan sesi Asia hari Rabu (25/1/2023) sehubungan dengan rilis data inflasi Australia yang jauh melampaui estimasi konsensus. AUD/USD melambung lebih dari 1 persen sampai kisaran 0.7110 menjelang akhir sesi Asia.
Australian Bureau of Statistics (ABS) melaporkan bahwa laju inflasi meningkat 1.9 persen (Quarter-over-Quarter) pada kuartal keempat tahun 2022. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan 1.8 persen pada kuartal sebelumnya, sekaligus melampaui estimasi konsensus yang dipatok pada 1.6 persen saja.
Laju inflasi konsumen tahunan tercatat pun terkerek dari 7.3 persen menjadi 7.8 persen. Padahal, konsensus hanya mengantisipasi kenaikan sampai 7.5 persen.
Lonjakan inflasi Australia ini benar-benar di luar dugaan pelaku pasar dan para pengambil kebijakan. Kenaikan inflasi seperti ini akan terus menggerogoti daya beli masyarakat, sekaligus mendesak bank sentral Australia (RBA) untuk menaikkan suku bunga lagi dalam waktu dekat.
RBA telah menaikkan suku bunga sebanyak total 400 basis poin sepanjang tahun 2022 demi mengendalikan kenaikan inflasi. Akan tetapi, upaya itu agaknya belum membuahkan hasil. Peningkatan permintaan domestik selama periode Natal mengakibatkan kenaikan tarif perjalanan dalam dan luar negeri hingga melampaui data historis kuartal keempat dalam tahun-tahun sebelumnya.
Para pakar dari lembaga keuangan multinasional ING memaparkan dalam catatnnya bahwa RBA akan harus menaikkan suku bunga minimal sebanyak 50 basis poin lagi untuk mengendalikan inflasi. Beberapa pakar lain sependapat.
“Meskipun (data kali ini) diperkirakan menjadi puncak inflasi dalam siklus ini, komunikasi hawkish RBA membuat kita mengharapkan kenaikan suku bunga lagi pada Februari, dengan kenaikan lanjutan kemungkinan menyusul pada Maret,” kata Sean Langcake dari BIS Oxford Economics.
Data inflasi lain dari negeri jirannya, New Zealand, menunjukkan tingkat inflasi yang lebih rendah. Pertumbuhan inflasi New Zealand tercatat 1.4 persen (Quarter-over-Quarter) pada kuartal keempat 2022. Angka tersebut melampaui estimasi konsensus yang dipatok pada 1.3 persen, tetapi jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 2.2 persen pada periode sebelumnya.
NZD/USD terpantau melemah sekitar 0.3 persen samapi 0.6485 saat berita ditulis. Pasangan mata uang ini terindikasi mengalami penolakan dari ambang resisten penting pada 0.6500. Sementara itu, AUD/NZD meroket 1.3 persen dalam satu sesi.