Indeks dolar AS (DXY) longsor lebih lanjut hingga menyentuh rekor terendah dua bulan pada kisaran 100.80-an dalam perdagangan sesi New York hari Kamis (13/4/2023). Kemerosotan yang terjadi akibat rontoknya beberapa data inflasi AS terbaru ini memberikan peluang bagi beragam pasangan mata uang mayor untuk menguji level tertinggi jangka pendek.
US Bureau of Labor Statistics (BLS) mengungkapkan bahwa harga-harga pada tingkat produsen mengalami pertumbuhan negatif pada periode Maret 2023. Inflasi produsen utama membukukan penurunan sebesar -0.5 persen secara bulanan, padahal konsensus sebelumnya memperkirakan kenaikan tipis +0.1 persen. Komponen inti juga menghasilkan angka -0.1 persen, atau meleset dari estimasi konsensus yang dipatok pada +0.3 persen.
Data inflasi produsen dalam basis tahunan menampilkan kejatuhan yang paling tajam, ambles dari 4.9 persen menjadi 2.7 persen saja. Sedangkan inflasi produsen inti menurun dari 4.8 persen menjadi 3.4 persen, sesuai dengan estimasi konsensus.
Hadir menyusul laporan inflasi konsumen AS yang mixed kemarin, data-data tersebut membuat pelaku pasar semakin yakin pada prospek pemangkasan suku bunga The Fed dan melepas dolar AS. Apalagi notulen rapat FOMC mengungkap bahwa para pejabat The Fed mengkhawatirkan terjadinya “resesi ringan” dalam tahun ini.
“Perkiraan Federal Reserve untuk resesi ringan di AS telah meresahkan pasar, dengan kekhawatiran yang meningkat tentang gambaran ekonomi yang memburuk di negara ekonomi terbesar dunia itu,” kata Susannah Streeter, Kepala Uang dan Pasar di Hargreaves Lansdown.
“Data-data (inflasi) menambah perhitungan pasar dalam (spekulasi) penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Fed pada akhir tahun, dengan perkiraan naik dari penurunan suku bunga senilai 0.4 persen menjadi penurunan suku bunga senilai 0.5 persen. Akibatnya, GBP/USD dan EUR/USD memimpin reli lebih tinggi kembali ke level tertinggi baru-baru ini,” kata Thanim Islam, Kepala Analisis FX di Equals Money.
Laporan klaim pengangguran mingguan yang dirilis malam ini juga mengecewakan. Jumlah klaim pengangguran meningkat 239k dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 8 April 2023. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kenaikan 232k yang diperkirakan oleh konsensus untuk periode ini, maupun kenaikan 228k pada periode sebelumnya.