Pound sterling menjadi mata uang mayor berkinerja terbaik terhadap dolar AS dalam perdagangan hari Rabu (19/4/2023). Laporan inflasi Inggris mengungguli ekspektasi pasar, sehingga ekspektasi suku bunga Inggris makin tinggi dan GBP/USD melanjutkan kenaikan sampai kisaran 1.2445.
Laporan inflasi Inggris tadi sore menunjukkan perlambatan laju tahunan dari 10.4 persen menjadi 10.1 persen saja pada periode Maret 2023, masih lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang dipatok pada 9.8%. Laju inflasi inti juga tetap bertahan pada 6.2 persen; setara dengan periode Februari dan melampaui ekspektasi pasar yang hanya 6.0 persen.
Data-data tersebut membuat banyak pihak semakin yakin bank sentral Inggris (BoE) akan menaikkan suku bunga sebesar minimal 25 basis poin pada bulan depan. Deutsche Bank bahkan merevisi ekspektasi kenaikan bunga BoE sepanjang tahun ini dari satu kali menjadi dua kali lagi.
“Ini berada jauh di atas proyeksi Laporan Kebijakan Moneter Februari 2023 dari BoE,” kata Edoardo Campanella, ekonom di UniCredit Bank. “Referensi inflasi domestik favorit BoE, yaitu IHK jasa inti yang tidak mencakup tarif pesawat, edukasi, dan paket liburan, tetap berada pada tingkat 6.4% persen (year-on-year).”
“GBP/USD tetap di atas 1.24, terdukung oleh data IHK Inggris yang tetap tinggi pada Maret, dengan dinamika USD juga berperan penting menggerakkan sterling saat ini,” ujar Roberto Mialich, pakar strategi FX di UniCredit Bank.
Terlepas dari itu, tak semua analis menilai data inflasi Inggris ini bakal menyokong reli yang pesat bagi sterling. Dua alasan melandasi pendapat tersebut. Pertama, kenaikan inflasi Inggris telah memperburuk minat risiko pasar global. Hal ini terlihat dari kenaikan yield obligasi US Treasury serta penguatan dolar AS terhadap beragam mata uang lain hari ini. Kedua, potensi kenaikan suku bunga Inggris cukup terbatas dalam jangka pendek.
Derek Halpenny dari MUFG mengakui bahwa sekarang ada alasan yang kuat bagi BoE untuk menaikkan bunga sebesar 25 basis poin dalam rapat kebijakan berikutnya pada tanggal 11 Mei. Namun, pasar sudah sepenuhnya memperhitungkan skenario tersebut, sehingga “dampak positif dari data ini bagi pound kemungkinan akan terbatas”.