Duet AUD/USD terus terkekang di bawah ambang 0.6700 dalam perdagangan Kamis (4/5/2023). Padahal, kenaikan suku bunga dadakan RBA pada awal pekan sempat menggenjot kurs dolar Australia. Analis dari salah satu bank terkemuka dunia, HSBC, memaparkan pendapat mereka mengenai fenomena ini.
Para pakar dari HSBC mengatakan bahwa dolar Australia akan tetap berkinerja lebih lemah dibandingkan mata uang global lainnya, kendati RBA mengumumkan kenaikan suku bunga yang di luar ekspektasi pasar. Mereka berpendapat nilai tukar dolar Australia kemungkinan baru akan menguat pada paruh kedua tahun ini.
“Tantangan atas AUD masih ada,” kata Clyde Wardle, pakar strategi FX di HSBC.
Menurut mereka, kenaikan AUD pada awal pekan ini kemungkinan sekadar reaksi spontan yang lama kelamaan akan memudar. Alasannya ada dua.
“Pertama, siklus kenaikan suku bunga sebelumnya telah menunjukkan bahwa, seiring siklus mendekati akhir, kenaikan suku bunga yang diumumkan setelah suatu jeda hanya dapat mendorong kenaikan kus secara temporer, khususnya tanpa adanya pergeseran hawkish dalam fungsi reaksi,” papar Wardle, “Kedua, pasar menyukai mata uang dengan bank sentral hawkish dan kinerja pertumbuhan yang unggul, contohnya EUR dan bukannya NZD.”
Alasan lain yang menghambat rebound AUD/USD adalah situasi ekonomi China. Wardle mengatakan pemulihan ekonomi China sejauh ini belum memberikan dorongan yang kuat bagi pertumbuhan Australia melalui ekspor barang dan jasa. Namun, mereka memperkirakan permintaan China atas barang ekspor Australia akan mulai meningkat pada paruh kedua tahun 2023.
Para trader dan investor pada paruh kedua tahun ini juga akan mengalihkan fokus dari “rate hike” menjadi “rate cut”, seiring dengan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga pada sebagian besar bank sentral utama. Dalam hal ini, dolar Australia unggul karena pasar tak memperkirakan RBA akan memangkas suku bunga –sedangkan Federal Reserve AS dan beberapa bank sentral utama lainnya kemungkinan akan melakukannya.
“Setelah bank sentral utama berhenti menaikkan bunga, pasar akan mulai mencari mata uang yang bank sentralnya diperkirakan akan mempertahankan suku bunga lebih lama, dan AUD adalah kandidat yang bagus,” pungkas Wardle.