GBP/USD mengalami kenaikan terbatas di atas ambang 1.2400 pada perdagangan sesi Eropa hari Jumat (31/3/2023), tetapi langsung jatuh lagi ke kisaran 1.2375. Perilisan data Produk Domestik Bruto (GDP) Inggris gagal mengerek kurs pound sterling di pasar forex, meskipun angka-angkanya melampaui estimasi konsensus maupun perkiraan para ekonom.
UK Office for National Statistics melaporkan bahwa perekonomian tumbuh 0.1 persen (Quarter-over-Quarter) pada kuartal keempat tahun 2022 lalu. Data tersebut melampaui estimasi awal yang hanya 0 persen, sekaligus menandakan pemulihan dibanding penurunan sebesar -0.3 persen pada kuartal sebelumnya.
“Data GDP kuartal IV/2022 final menandakan bahwa perekonomian jauh lebih tangguh pada 2022 dibandingkan perkiraan kami sebelumnya, karena pemerintah menyerap sebagian dampak inflasi yang tinggi pada rumah tangga,” kata Ruth Gregory, Deputi Kepala Ekonom di Capital Economics.
Data tahun lalu yang lebih baik ternyata tak mengubah opini para analis mengenai masa depan yang lebih suram bagi perekonomian Inggris. Seiring dengan bank sentral Inggris (BoE) terus menaikkan suku bunga, prospek ekonomi ke depan bakal semakin menantang.
“Kami masih berpikir bahwa sekitar dua pertiga dampak dari suku bunga yang lebih tinggi belum dirasakan dan bahwa perekonomian akan tergelincir menuju sebuah resesi dalam sebuah kejatuhan dari puncak ke bawah sekitar 1.0 persen tahun ini,” tambah Gregory.
Gabriella Dickens, ekonom senior di Pantheon Macroeconomics, mengatakan bahwa perekonomian Inggris kemungkinan akan menciut pada paruh pertama tahun ini dan mengalami resesi teknikal.
Dickens mengatakan, “Survei bisnis dan data pemberitahuan redundansi menunjukkan bahwa ketenagakerjaan hanya akan tetap stabil pada kuartal pertama dan kuartal kedua, setelah naik tipis pada paruh kedua tahun lalu. Dampak lonjakan suku bunga hipotek terhadap pendapatan yang disposabel dan investasi residensial juga akan bertambah.”
Philip Shaw, Kepala Ekonom Investec, juga berpendapat, “Terlepas dari apakah perekonomian akan mengalami resesi teknikal atau tidak, suatu pemulihan yang cepat tampaknya tak mungkin terjadi tahun ini, terutama jika kondisi kredit makin ketat menyusul gejolak perbankan baru-baru ini terkait Silicon Valley Bank dan Credit Suisse.”