GBP/USD melanjutkan tren penurunannya dalam perdagangan hari Jumat (22/9/2023). Pound sterling tertekan pada rentang tengah antara 1.2200-1.2300 terhadap dolar AS, karena prospek suku bunga dan ekonomi Inggris sama-sama miris.
Menyusul pengumuman suku bunga Inggris yang mengecewakan pasar kemarin, beberapa data ekonomi Inggris hari ini kompak meleset dari ekspektasi. Semuanya menggambarkan situasi kontraksi yang berkelanjutan.
Data penjualan ritel Inggris masih bertumbuh pada bulan Agustus 2023. Akan tetapi, pertumbuhannya lebih lamban daripada perkiraan konsensus. Data ritel dalam basis tahunan juga masih membukukan angka -1.4 persen.
Rilis beberapa data aktivitas ekonomi jasa dan manufaktur Inggris juga suram. Hasil survei Purchasing Managers’ Index (PMI) pada awal September ini meningkatkan kekhawatiran terhadap risiko resesi.
Skor PMI Inggris untuk sektor manufaktur meningkat tipis dari 43.0 menjadi 44.0. Namun, angka di bawah ambang 50.00 masih menandakan kontraksi bisnis. Sedangkan skor PMI Jasa ambles dari 49.5 menjadi 47.2, berlawanan dengan penurunan terbatas sampai 49.2 yang diperkirakan sebelumnya.
Data-data tersebut membuat pelaku pasar meragukan komitmen BOE dalam menjalankan rezim suku bunga tinggi. Beberapa analis menilai BOE bakal memotong suku bunga lebih awal pada tahun 2024, kemungkinan antara kuartal kedua dan kuartal ketiga.
“Bank of England telah menegaskan bahwa mereka tidak akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Namun, dalam praktiknya, kami memperkirakan akan ada penurunan (suku bunga) awal pada pertengahan tahun depan,” kata James Smith, Ekonom Pasar Maju di ING.
“Pasar kemungkinan bakal menurunkan spekulasi mereka terhadap jalur suku bunga bank pada awal tahun depan, karena pelemahan ekonomi dan penurunan laju inflasi akan memaksa BoE untuk tidak terlalu hawkish dan mulai bersiap untuk penurunan suku bunga, mungkin mulai musim semi (2024) dan seterusnya,” kata Kallum Pickering, Ekonom Senior di Berenberg.
Para analis kini berupaya memperkirakan apakah langkah pemangkasan suku bunga Inggris itu bakal dilaksanakan secara beriringan dengan bank sentral utama lainnya, ataukah BOE justru menjadi pionir. Apabila Inggris mengurangi suku bunganya lebih awal daripada Federal Reserve AS dan European Central Bank (ECB), pound sterling terancam tertekan lebih dalam.