Indeks dolar AS (DXY) mengonsolidasikan area support pada rentang tengah antara 101.00-102.00 dalam perdagangan sesi New York hari Kamis (27/4/2023). Pasalnya, sepaket data ekonomi AS paling anyar meningkatkan keyakinan pasar pada prospek kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut pada pekan depan.
Memimpin rangkaian rilis data ekonomi AS malam ini, laporan Produk Domestik Bruto (PDB) menunjukkan pertumbuhan kuartalan sebesar 1.1 persen pada periode kuartal I/2023. Kinerja tersebut gagal memenuhi harapan konsensus untuk pertumbuhan sebesar 2.0 persen, sekaligus jauh lebih lemah ketimbang kenaikan 2.6 persen pada kuartal IV/2022. Kendati demikian, para analis menganggap data-data itu masih tergolong tangguh di tengah kondisi ekonomi yang kian menantang.
“Diukur berdasarkan lingkungan (ekonomi) yang sulit, ekonomi AS masih cukup tangguh pada awal 2023,” kata Dr. Christoph Balz, Ekonom Senior di Commerzbank.
Rincian laporan PDB AS menunjukkan pula bahwa tekanan inflasi di negeri Paman Sam masih cukup kuat. Indeks Harga GDP naik 4.0 persen; jauh di atas kenaikan 3.9 persen pada kuartal IV/2022 dan estimasi konsensus yang hanya 3.7 persen. Pertumbuhan harga PCE Inti naik 4.9% secara kuartalan; lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 4.4% pada periode sebelumnya maupun estimasi konsensus yang sebesar 4.7%.
Bukti-bukti tekanan inflasi yang masih tinggi ini bakal memotivasi Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunga lagi. Pasar pun semakin yakin mereka akan mengeksekusi rate hike sebesar 25 basis poin dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada tanggal 2-3 Mei mendatang.
Laporan klaim pengangguran turut mendukung harapan tersebut. Jumlah klaim aktual pekan lalu hanya sebesar 230k, atau menurun dibandingkan 246k pada periode sebelumnya. Dengan kondisi pasar tenaga kerja yang kuat, The Fed punya ruang untuk mengetatkan kondisi moneter lebih lanjut.
“Angka klaim pengangguran hadir lebih rendah dari ekspektasi… ini menandakan kekuatan marjinal dalam pasar tenaga kerja AS, dan secara keseluruhan, memperkuat potensi satu kenaikan bunga terakhir sebelum The Fed menghentikan (siklus pengatatan moneternya),” ujar Ryan Brandham, Kepala Pasar Modal Global untuk Amerika Utara di Validus Risk Management.