Indeks dolar AS (DXY) menyentuh level tertinggi enam pekan pada 103.11 dalam perdagangan hari Rabu (17/5/2023). Kinerja data-data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat sebenarnya kurang memuaskan, tetapi greenback tersokong oleh tingginya minat beli aset safe haven di tengah makin memanasnya isu plafon utang pemerintah AS dan berkurangnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Media massa melaporkan pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan para punggawa Kongres AS kemarin “hampir” mencapai kesepakatan yang dapat disetujui oleh semua pihak. Namun, belum ada kabar lebih jelas mengenai kesepakatan seperti apa yang dimaksud.
Apabila Amerika Serikat gagal menaikkan plafon utang, pemerintah AS dapat mengalami default per 1 Juni mendatang. Selama negosiasi membahas masalah ini berlanjut di antara para elite politik AS, para pelaku pasar terus mengkhawatirkan risiko skenario terburuk yang dapat terjadi kelak. Presiden AS Joe Biden juga mengakui bahwa perekonomian akan mengalami resesi apabila pemerintah default.
“Sebuah pukulan keras terhadap negara dengan perekonomian terbesar di dunia akan menimbulkan gelombang negatif bagi perekonomian global, dan (hal ini) mengurangi minat risiko, sehingga menjadi suatu peristiwa (yang positif) bagi safe haven,” kata Jane Foley, pakar strategi Rabobank.
Dolar AS juga memperoleh dorongan dari pidato beberapa pejabat The Fed baru-baru ini. Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, mengatakan “masih terlalu prematur untuk membahas mengenai pemangkasan suku bunga”. Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester, juga berpendapat bahwa inflasi masih sangat tinggi, sehingga Federal Reserve harus terus mempertahankan suku bunga pada tingkat tinggi.
“Kami memperkirakan peningkatan lanjutan secara moderat dalam dolar, karena pasar terus mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga,” kata Joe Capurso, pakar strategi dari Commonwealth Bank of Australia, “Satu kenaikan suku bunga (lagi) masih mungkin tahun ini, meskipun halangannya tinggi.”
Saat berita ditulis pada awal sesi New York, pasangan mata uang EUR/USD melemah sekitar 0.4 persen sampai kisaran 1.0820 meskipun data inflasi Zona Euro terakselerasi. Pound sterling dan dolar Australia juga bertekuk lutut terhadap dolar AS, sementara USD/JPY melambung sekitar 0.8 persen sampai 137.45.