NZD/USD mengalami kemerosotan paling tajam di antara pasangan mata uang mayor lain dalam perdagangan hari Jumat (12/5/2023). Dolar Kiwi longsor nyaris dua persen dalam perdagangan harian dari kisaran 0.6300 sampai 0.6190-an, karena data terbaru mengisyaratkan penurunan ekspektasi inflasi dan suku bunga.
Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) melaporkan hasil survei kuartalan yang menunjukkan bahwa para manajer perusahaan memperkirakan inflasi tahunan akan mencapai rata-rata 4.28 persen dalam setahun mendatang. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan 5.11 persen dalam survei sebelumnya yang diadakan pada kuartal pertama tahun ini.
Ekspektasi inflasi dua tahunan juga diperkirakan jatuh dari 3.30 persen ke 2.79 persen. Periode dua tahun selaras dengan perkiraan jangka waktu yang dibutuhkan kebijakan RBNZ untuk berdampak terhadap harga-harga di pasar New Zealand.
Angka tersebut tepat berada dalam rentang target inflasi bank sentral yang dipatok antara 1 persen sampai 3 persen. Apabila proyeksi dalam hasil survei ini akurat, berarti RBNZ tak perlu berupaya menekan inflasi dengan menaikkan bunga lagi dalam tahun ini.
Tingkat bunga acuan RBNZ kemungkinan akan menetap pada 5.25 persen hingga beberapa waktu ke depan –level yang diumumkan dalam rapat kebijakan pada awal April lalu. Hal ini menempatkan bias kebijakan RBNZ dalam posisi lebih dovish daripada beberapa bank sentral utama lain yang masih berpeluang menaikkan bunga lebih lanjut, sehingga memicu pelemahan nilai tukar dolar New Zealand di pasar forex.
Dolar Kiwi bukan hanya ambles terhadap dolar AS. AUD/NZD terpantau melesat sekitar 0.9 persen sampai mencetak level tertinggi pekan ini pada 1.0740-an.
Dolar New Zealand juga terbebani oleh proyeksi ekonomi yang lebih buruk. New Zealand termasuk salah satu negara maju yang memiliki risiko resesi paling besar tahun ini. Situasi tersebut diakui oleh pejabat teras New Zealand pada awal pekan.
“Moderasi dalam aktivitas ekonomi tercerminkan dalam buku-buku Pemerintah, walaupun New Zealand masih memiliki posisi yang baik untuk menghadapi tantangan-tantangan ke depan, termasuk (peningkatan) biaya hidup, dampak cuaca ekstrim baru-baru ini, dan ketidakpastian ekonomi global,” kata Menteri Keuangan Grant Robertson pada hari Selasa.