Bank sentral New Zealand (RBNZ) menaikkan suku bunga lagi sebanyak 50 basis poin dalam rapat kebijakan pada awal pekan ini. Akan tetapi kurs NZD/USD justru merosot beruntun hingga mencapai rekor terendah satu bulan di kisaran 0.6185 pada awal perdagangan sesi New York hari Jumat (19/8/2022). Para analis menilai nilai tukar dolar Kiwi terbebani oleh sentimen risk-off global serta apresiasi dolar AS.
RBNZ sebenarnya telah mengambil keputusan yang benar-benar hawkish dalam rapat kebijakan pekan ini. Kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin sudah selaras dengan ekspektasi pasar. Bank sentral juga memaparkan niat untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin sebanyak dua kali lagi dalam tahun 2022, kemudian disusul dengan beberapa kali “rate hike” dengan skala lebih kecil pada tahun 2023.
RBNZ memperbarui proyeksi suku bunganya hingga mencapai puncak 4.1 persen pada pertengahan 2023, atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi puncak 3.95 persen yang tercantum dalam hasil rapat kebijakan bulan Mei. Pengetatan moneter dipandang penting demi mengendalikan laju inflasi.
“Anggota Komite sepakat bahwa kondisi moneter perlu semakin diperketat hingga mereka yakin ada cukup pengendalian pengeluaran untuk membawa inflasi kembali ke kisaran target 1-3 persen per tahun,” demikian disampaikan dalam pernyataan RBNZ.
Sikap hawkish RBNZ awalnya memperoleh sambutan hangat dari pelaku pasar, sehingga NZD/USD sempat bangkit sampai kisaran 0.6380-an. Akan tetapi, posisi Kiwi langsung melorot lagi dalam beberapa jam berikutnya. Mata uang ini terdampak oleh sentimen risiko global yang lebih suram sehubungan dengan kekhawatiran terhadap risiko resesi di China dan Eropa.
“Tema global tetap perkasa, dan jika The Fed mempertahankan retorika hawkish mereka, itu bisa menutupi sikap kebijakan RBNZ,” kata David Croy, pakar strategi forex dari ANZ Bank.
Suku bunga RBNZ saat ini berada pada tingkat 3.00 persen. Hal ini menjadikannya salah satu bank sentral utama dengan tingkat bunga tertinggi, bahkan lebih tinggi daripada suku bunga The Fed yang berada pada rentang antara 2.25-2.50 persen. Kendati demikian, perekonomian New Zealand menghadapi relatif lebih banyak tantangan daripada Amerika Serikat.
Kondisi ketenagakerjaan dan stimulus fiskal masih menopang perekonomian negeri dua pulau ini, tetapi produksi terkekang oleh kelangkaan karyawan dan pembatasan terkait COVID-19. Pendapatan impor New Zealand ke depan juga berisiko terdampak oleh perlambatan ekonomi di China dan destinasi ekspor utama lainnya.