Indeks dolar AS (DXY) berupaya bangkit pada perdagangan hari Jumat (25/11/2022), tetapi tetap terkekang pada kisaran 106.00. Greenback kekurangan katalis untuk menguat terhadap rival-rival utamanya, walaupun kekhawatiran seputar COVID-19 di China masih membayangi minat risiko pasar.
Dolar AS cenderung tertekan selama beberapa pekan terakhir. Aksi jual dolar AS memperoleh momentum tambahan dari rilis notulen FOMC yang bernada dovish kemarin. Notulen menyebutkan bahwa sebagian besar pajabat The Fed sepakat untuk menaikkan suku bunga dengan skala lebih kecil mulai bulan Desember, sehingga mendesak banyak pihak memperhitungkan ulang proyeksi kebijakan mendatang.
Muatan notulen tersebut tak ayal memicu kekecewaan pasar terhadap dolar AS. Yield obligasi US Treasury juga merosot sampai kisaran terendah tujuh pekan hari ini.
Saat berita ditulis pada awal sesi New York, EUR/USD mempertahankan rentang tertinggi sejak awal Juli pada kisaran 1.0400-an. GBP/USD selip sedikit, tetapi masih menduduki rentang tertinggi sejak Agustus pada kisaran 1.2100.
“Notulen The Fed memberikan kejutan pada sisi dovish, mensinyalkan dukungan yang kuat untuk kenaikan suku bunga yang lebih lambat serta dukungan yang lebih lemah untuk retorika ‘lebih tinggi, lebih lama’ yang dilontarkan Powell,” papar analis ING dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters, “Dolar dapat tertekan sedikit lebih lama, tetapi kemungkinan (dolar) sedang mengintegrasikan banyak berita negatif terkait The Fed sekarang.”
Pasar Amerika ditutup dalam rangka liburan Thanksgiving sejak kemarin, sehingga volatilitas dan aktivitas trading cenderung minim. Kendati demikian, kasak-kusuk seputar suku bunga The Fed kemungkinan akan tetap menjadi sorotan pasar. Selain itu, ada pula jadwal rilis data pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan AS yang akan menjadi pusat perhatian pada pekan depan.
Pengumuman paket laporan ketenegakerjaan AS pada awal November mengungkap kenaikan tingkat pengangguran yang kemudian memicu kemerosotan nilai tukar dolar AS. Situasi serupa dapat terjadi lagi pada awal Desember, khususnya jika Non-farm Payroll dan tingkat pengangguran AS sama-sama meleset dari ekspektasi pasar. Pasalnya, The Fed kemungkinan akan semakin memperkecil kenaikan suku bunganya dalam situasi pasar tenaga kerja yang memburuk.