Dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang mayor dalam perdagangan hari Selasa (18/4/2023). Serangkaian data ekonomi dari China memulihkan sentimen risiko pasar, sedangkan data Building Permits Amerika Serikat malah mengecewakan.
Laporan Produk Domestik Bruto (PDB) China mengungkap kondisi ekonomi yang terus pulih dari krisis pasca-pandemi. PDB tumbuh 4.5 persen (year-on-year) pada kuartal pertama tahun 2023, melampaui estimasi konsensus yang hanya sebesar 4.0 persen. Sementara itu, penjualan ritel di negeri Panda terakselerasi 10.6 persen dan nyaris mencapai rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir.
“Biasanya, dalam satu hari ketika Anda mendapatkan data aktivitas ekonomi China yang bagus, Anda mendapatkan reli yang lumayan bagus dalam mata uang komoditas dan mata uang negara berkembang, dan dolar melemah dan kita mulai melihatnya,” kata Chris Turner, kepala pasar global di ING, “Data China yang lebih baik biasanya dipandang sebagai berita bagus bagi euro juga, dikarenakan sektor manufakturnya yang besar.”
EUR/USD dan AUD/USD sempat menanjak sekitar 0.5 persen terhadap dolar AS pada sesi Eropa. Reli surut saat memasuki sesi New York, tetapi masih cenderung bullish.
GBP/USD juga meloncat sekitar 0.5 persen, menyusul rilis data ketenagakerjaan Inggris tadi sore. Laporan tersebut menunjukkan peningkatan tingkat pengangguran, tetapi laju pertumbuhan gaji terus melampaui ekspektasi dan berpotensi mendorong tingkat inflasi. Dalam situasi seperti ini, bank sentral Inggris (BoE) berpeluang besar untuk menaikkan bunga lagi.
Sejumlah data ekonomi AS yang dirilis pada hari Senin sempat menunjukkan perbaikan. Indeks Manufaktur NY Empire State meningkat untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir, sedangkan Indeks Pasar Perumahan NAHB meningkat untuk bulan keempat beruntun. Akan tetapi, data ekonomi berdampak besar hari ini justru menampakkan kemunduran yang senada dengan kejatuhan data penjualan ritel pada akhir minggu lalu.
Dalam laporan Building Permits, pertumbuhan izin pendirian bangunan AS tercatat -8.8 persen (month-over-month) pada periode Maret 2023. Angka tersebut meleset jauh dari kenaikan +15.8 persen pada periode sebelumnya, sekaligus menunjukkan perlambatan yang lebih tajam dibanding estimasi konsensus sebesar -6.0 persen.