Indeks dolar AS (DXY) mundur dari level tertinggi harian pada 102.29 ke kisaran 102.05 seusai rilis data Nonfarm Payroll AS hari Jumat ini (7/4/2023). Data payroll menampilkan kinerja terburuk sejak Desember 2020, meskipun tingkat pengangguran menurun dan The Fed kemungkinan menaikkan suku bunga lagi.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah Nonfarm Payroll meningkat 236k pada periode Maret 2023. Angka ini hanya meleset tipis dibandingkan estimasi konsensus yang sebesar 239k, tetapi menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan pencapaian 326k pada periode Februari.
Pertumbuhan gaji juga mengecewakan. Data pendapatan rata-rata perjam tumbuh 0.3 persen (Month-over-Month), selaras dengan ekspektasi. Namun pertumbuhan tahunan untuk pendapatan rata-rata perjam lengser dari 4.6 persen ke 4.2 persen saja.
Satu-satunya kabar baik hadir dari angka tingkat pengangguran AS yang menurun dari 3.6 persen menjadi 3.5 persen saja. Penurunan pengangguran ini terjadi di tengah kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja dari 62.5 persen ke 62.6 persen –level tertinggi sejak sebelum pandemi COVID–, sehingga cukup solid.
Data-data secara keseluruhan menunjukkan penurunan rekrutmen karyawan di negeri Paman Sam, sehingga tekanan inflasi dari gaji tenaga kerja ikut memudar. Situasi seperti ini sebenarnya selaras dengan rencana Federal Reserve sejak mereka menaikkan suku bunga besar-besaran demi menekan inflasi.
“Data (tenaga kerja AS) Maret secara efektif merupakan tinjauan kembali ke dunia pra-SVB; survei payroll diadakan pada pekan setelah bank itu tumbang, terlalu cepat bagi para majikan untuk merespons. Namun, dampak dari kondisi kredit yang lebih ketat mulai muncul,” kata Ian Shepherdson, kepala ekonom Pantheon Macroeconomics.
Beberapa pejabat The Fed pekan ini menyatakan bahwa mereka tetap berkeinginan untuk menjaga suku bunga tetap tinggi dalam waktu dekat. Seiring dengan laporan-laporan yang selaras dengan rencana The Fed kali ini, pasar kembali memperkirakan satu kali kenaikan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin pada rapat FOMC Mei.
Di saat yang sama, pelaku pasar khawatir kalau langkah The Fed tersebut bakal memicu terjadinya resesi ringan. Pasar obligasi AS telah menunjukkan tanda-tanda resesi itu sejak pertengahan 2022.