Indeks dolar AS (DXY) memantul sekitar 0.6 persen dari level terendah dua bulannya sampai kisaran 101.70-an pada pertengahan sesi New York malam ini (14/4/2023). Publikasi data penjualan ritel AS menunjukkan kemerosotan yang tajam, tetapi USD memperoleh energi tambahan dari tingginya permintaan atas aset safe haven di tengah mencuatnya momok resesi.
Biro Sensus AS melaporkan bahwa penjualan ritel melemah sebesar -1.0 persen pada bulan Maret 2023, atau merosot lebih parah daripada estimasi konsensus yang dipatok pada -0.4 persen. Penjualan ritel inti juga ambles -0.8 persen, padahal estimasi konsensus hanya mengantisipasi penurunan sebesar -0.3 persen.
Data penjualan ritel dari periode Februari 2023 direvisi naik. Akan tetapi, kemerosotan pada bulan Maret menggambarkan kejatuhan minat belanja masyarakat yang lebih signifikan. Pembelian kendaraan bermotor dan barang-barang besar lainnya menurun drastis, karena konsumen enggan membeli barang-barang tersebut dengan tingkat bunga yang sangat tinggi saat ini.
Pada gilirannya, penurunan pembelian masyarakat berpengaruh negatif pada produksi pabrikan dan membuat perekonomian makin lesu. Terbukti, data lain tentang produksi manufaktur AS yang dirilis malam ini juga mencatat pertumbuhan -0.5 persen dalam periode Maret 2023.
Para investor dan trader panik menyaksikan data-data ini, sehingga beramai-ramai mengeluarkan aset-aset berisiko lebih tinggi dari portofolio mereka. Indeks saham Dow Jones tumbang sekitar 0.7 persen dan US 500 melemah lebih dari 0.5 persen. Di sisi lain, dolar AS malah menguat berkat statusnya sebagai aset safe haven.
Para analis berpendapat data penjualan ritel ini tak menghalangi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga satu kali lagi dalam rapat kebijakan bulan Mei mendatang. Akan tetapi, risiko resesi meningkat di negeri Paman Sam.
“Para konsumen AS mundur, tetapi belum jelas seberapa besar dari penurunan ini merupakan kemunduran normal setelah belanja masif sebelumnya dan seberapa besar disebabkan oleh kelemahan dasar,” kata Sal Guatieri, ekonom senior di BMO Capital Markets, sebagaimana dilansir oleh Reuters, “Kami mencurigai badai mulai mendominasi, dan memperkirakan terjadinya kontraksi ringan dalam belanja dan perekonomian setelah pertengahan tahun (ini).”
Beberapa analis menilai penguatan dolar AS berkat faktor safe haven ini tidak akan berlangsung lama. Tren dolar AS kemungkinan akan terus melemah seiring dengan menyempitnya selisih suku bunga AS dibandingkan dengan negara-negara asal mata uang mayor lainnya.