Indeks dolar AS (DXY) melanjutkan konsolidasi pada kisaran 102.10 dalam perdagangan sesi New York hari Jumat (3/6/2022). Publikasi data Non-farm Payroll AS terbaru menunjukkan tambahan pekerjaan yang lebih banyak dibandingkan perkiraan pasar, sehingga berpotensi mengokohkan apresiasi USD di tengah sepinya pasar lantaran liburan bursa di sejumlah pusat keuangan dunia.
US Bureau of Labor Statistics melaporkan bahwa Non-farm Payroll AS bertambah sebanyak 390k pada periode Mei 2022. Angka tersebut lebih tinggi daripada estimasi konsensus yang sebanyak 325k. Sementara itu, data untuk periode April direvisi naik dari 428k menjadi 436k.
Data pertumbuhan gaji AS melemah sedikit dalam kurun waktu yang sama, seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan pekerjaan. Namun, laporan lain dari ISM mengisyaratkan optimisme para pebisnis bidang non-manufaktur tentang rekrutmen tenaga kerja ke depan. Rangkaian data-data tersebut secara keseluruhan mengarah pada sikap kebijakan Federal Reserve AS yang tetap hawkish.
“Secara keseluruhan, dengan rekrutmen tetap melaju dengan solid, kita jelas sekali masih dalam jalur menuju kenaikan suku bunga 50 bps dalam dua rapat FOMC (The Fed) mendatang,” kata Katherine Judge, ekonom dari CIBC Capital Markets.
Para pejabat The Fed pekan ini juga beramai-ramai mengutarakan pandangan pro-“rate hike”. Wakil Ketua FOMC Lael Brainard mengatakan bahwa perhitungan pasar untuk suku bunga The Fed saat ini adalah ekspektasi minimal.
The Fed St Louis, James Bullard, bahkan mengingatkan bahwa laju inflasi saat ini sebanding dengan laju inflasi pada era 1970-an dan dapat memicu pergolakan jika The Fed tak mengambil tindak lanjut yang sesuai. Sedangkan Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester, menilai mereka bisa menaikkan suku bunga hingga jauh di atas “suku bunga normal” yang dirumorkan saat ini.
“Dengan perubahan suku bunga yang telah kita buat sejauh ini, rentang target Federal Funds Rate saat ini adalah 75-100 basis poin. Ini jauh di bawah rentang estimasi utnuk suku bunga kebijakan nominal jangka lebih panjang yang akan netral dalam arti tidak menstimulasi maupun mengekang aktivitas ekonomi saat inflasi 2 persen,” kata Mester.
Lanjutnya, “Dalam pandangan saya, dengan inflasi setinggi saat ini, suku bunga kemungkinan harus mencapai tingkat di atas level netral jangka panjang demi mengendalikan inflasi. Hanya saja, kita tak bisa melaksanakannya sekarang karena itu akan tergantung pada seberapa besar permintaan termoderasi dan apa yang terjadi pada sisi penawaran dalam perekonomian. Jadi, kita perlu terus memantau perkembangan keuangan dan ekonomi dengan cermat.”