Data Inflasi Ciptakan Dilema, Dolar AS Mulai Bertenaga

Perilisan data inflasi berhasil membantu indeks dolar AS (DXY) menyetop kejatuhannya dalam perdagangan sesi New York hari Selasa (14/3/2023), setelah sempat rontok akibat krisis perbankan AS selama beberapa hari terakhir. Akan tetapi, kinerja dolar AS belum benar-benar bangkit dalam semua pasangan mata uang mayor.

USD/JPY membukukan kinerja terbaik dengan kenaikan sekitar 1% sampai menyentuh level tertinggi harian pada 134.90. GBP/USD turun sekitar 0.3%, sedangkan EUR/USD dan AUD/USD melemah tipis saja sekitar 0.1%.

Dolar AS Mulai Bertenaga

US Bureau of Labor Statistics melaporkan bahwa laju inflasi AS mencapai 0.4 persen (Month-over-Month) pada bulan Februari 2023, sesuai dengan perkiraan konsensus. Sedangkan laju inflasi inti mencapai 0.5 persen (Month-over-Month) dalam periode yang sama, atau lebih tinggi daripada estimasi konsensus yang sebesar 0.4 persen saja. Akibatnya, data inflasi tahunan untuk komponen utama dan inti sama-sama tetap tinggi pada tingkat 6.0 persen dan 5.5 persen.

Federal Reserve lazimnya merespons data inflasi seperti ini dengan menaikkan suku bunga dalam rapat kebijakan berikutnya. Namun, krisis perbankan AS yang menyeruak pada pekan lalu telah menimbulkan ketidakpastian baru. Apabila The Fed menaikkan suku bunga lagi, lebih banyak bank AS kemungkinan akan mengalami masalah keuangan.

Baca Juga:   Sterling Stabil Mengantisipasi Rilis Hasil Polling Penting

“Kami sekarang memperkirakan FOMC akan menghentikan (pengetatan moneter) pada rapat 21-22 Maret-nya, karena kami pikir para pejabat The Fed akan khawatir kalau kenaikan suku bunga lanjutan akan kontraproduktif bagi upaya pembuat kebijakan AS untuk menopang sistem keuangan,” kata Jan Hatzius, Chief Economist and Head of Global Investment Research at Goldman Sachs.

“Keputusan jangka pendek The Fed lebih mungkin dipandu oleh pasar keuangan dan apa yang dibutuhkan oleh sistem keuangan, daripada apa yang dibutuhkan oleh mandat inflasi,” kata Brian Daingerfield dari Nat West Markets, sebagaimana dilansir oleh Reuters, “Terlepas dari kondisi keuangan yang telah kita lihat, angka (inflasi) ini cukup kuat.”

“Sebelum stres dalam pasar keuangan yang kita alami baru-baru ini, jelas sekali bahwa angka-angka (inflasi) kuat ini berpotensi mendorong The Fed untuk bersikap lebih agresif dalam rapat (FOMC tanggal 21-22 Maret), menaikkan 50 bps,” imbuh Daingerfield, “Tapi ekspektasi jelas telah berubah. Pasar memandang angka ini agak ketinggalan jaman.”

Beberapa analis lain dari bank-bank ternama AS menilai The Fed masih berpeluang untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam rapat FOMC berikutnya. Namun, kenaikan itu hanya akan diumumkan jika situasi perbankan telah membaik.

Klik icon-icon dibawah untuk Membagikan Tulisan ini

Tinggalkan sebuah Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

DISCLAIMER :
  • Segala Informasi dan data dibuat sebaik mungkin namun tidak menjamin 100% keakuratannya.
  • Semua Artikel/Materi yang dihadirkan untuk tujuan edukasi.
  • Analisa.Forex Tidak mengajak ataupun mengharuskan untuk bertrading forex. forex, CFD, komoditas trading adalah beresiko tinggi, segala keputusan dan kerugian adalah tanggung jawab Anda (pengunjung/pembaca) sendiri.
  • Tidak menjamin kualitas ataupun kredibilitas atas link ke luar(pihak ketiga) berupa iklan berbayar, broker review, robot/EA, dsb.
  • Artikel/tulisan di web analisa.forex, boleh dijadikan di copy paste di situs lain, namun berdasarkan etika harus mencantumkan link balik ke situs analisa.forex
Peringatan Resiko : Trading Forex adalah salah satu bisnis online yang beresiko tinggi, jika anda memutuskan untuk menggelutinya pastikan anda berlatih dahulu dengan akun demo atau mencoba trading forex tanpa modal agar memahami betul seluk belum dunia trading online.