Laporan ekonomi yang disoroti oleh pelaku pasar global biasanya bersumber dari negara-negara asal mata uang mayor yang memiliki skala GDP raksasa, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Zona Euro. Namun, publikasi data pertumbuhan ekonomi Singapura hari ini (12/7) menghadirkan kejutan baru bagi investor, mencuri perhatian banyak pihak, dan bahkan memengaruhi sentimen pelaku pasar. Pasalnya, laju GDP (Gross Domestic Product) merosot drastis hingga 3.4 persen (Quarter-over-Quarter) pada kuartal II/2019, atau hanya naik 0.1 persen secara Year-on-Year. Ini merupakan kontraksi ekonomi terburuk bagi negeri Singa sejak kuartal ketiga tahun 2012, sekaligus menjadi peringatan penting bagi perekonomian global.
Meskipun berukuran mungil, Singapura sering dijuluki negara Macan Asia utama. Perekonomiannya dianggap miniatur sebuah negara terbuka, dan lokasinya strategis di tengah-tengah salah satu kawasan penggerak pertumbuhan dunia. Oleh karena itu, kemerosotan GDP-nya dipandang sebagai gelagat buruk bagi perekonomian global, dan menunjukkan bagaimana dampak perang dagang AS-China terhadap berbagai negara lain.
“Singapura adalah perekonomian terbuka yang sangat kecil. Singapura merilis laporan GDP-nya segera setelah akhir kuartal berlalu. Karenanya, ini adalah barometer bagus untuk mengukur kesehatan ekonomi dunia. GDP Singapura mengalami kontraksi 3.4 persen pada kuartal II/2019. Ini mengisyaratkan bahwa ketegangan perdagangan AS-China mulai berdampak negatif terhadap kawasan Asia,” kata Joseph Capurso, seorang analis di Commonwealth Bank of Australia.
Penurunan paling parah terjadi di sektor manufaktur Singapura yang mencatat kontraksi selama dua kuartal beruntun. Namun, laporan pertumbuhan ekonomi Singapura kuartal ini jauh lebih mengkhawatirkan dibandingkan kuartal pertama, karena menunjukkan kontraksi pada semua sektor, yaitu manufaktur, konstruksi, dan jasa.
Pada awal bulan ini, Monetary Authority of Singapore (MAS) dan kementrian perdagangan dan industri Singapura bersama-sama menyampaikan keinginan mereka untuk merevisi forecast pertumbuhan ekonomi tahunan yang saat ini berada pada kisaran 1.5-2.5 persen untuk tahun 2019. Mereka mengklaim bahwa perekonomian Singapura jelas telah terpengaruh oleh perlambatan global dalam sektor manufaktur, perdagangan, dan investasi, sehingga “pertumbuhan GDP untuk tahun ini secara keseluruhan mungkin lebih lemah dibandingkan perkiraan sebelumnya.”