Indeks dolar AS (DXY) melaju sampai rekor tertinggi tujuh pekan pada 103.50-an dalam perdagangan sesi New York hari Kamis (18/5/2023). Data ekonomi AS yang tergolong solid menyokong reli dolar AS, sementara pelaku pasar juga mengurangi ekspektasi mereka untuk pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini.
Federal Reserve Philadelphia merilis Indeks Manufaktur yang cemerlang. Skor indeks utama meningkat dari -31.3 menjadi -10.4, menandakan penurunan yang tak seburuk estimasi konsensus -19.8. Subindeks belanja modal, pesanan baru, dan harga pembayaran juga kompak mengungguli estimasi.
Subindeks ketenagakerjaan dalam indeks Philly selip, tetapi kabar tersebut diimbangi oleh laporan klaim pengangguran mingguan AS yang lebih baik. Jumlah klaim pengangguran tercatat berkurang dari 264k menjadi 242k, menandakan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih tangguh daripada perkiraan pasar.
Data-data tersebut mendukung outlook yang disampaikan oleh para pejabat The Fed pada awal pekan ini, yaitu perlambatan ekonomi yang relatif ringan dan laju inflasi yang tetap tinggi. Situasi seperti ini memungkinkan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tetap dalam tingkatnya saat ini, atau bahkan menaikkannya satu kali lagi dalam tahun ini.
Data pasar menunjukkan adanya peluang 20 persen untuk kenaikan suku bunga The Fed lagi pada rapat bulan Juni mendatang. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan, karena pasar sebulan yang lalu sempat memperhitungkan peluang 20 persen untuk pemangkasan suku bunga The Fed.
Arus beli safe haven juga masih terus mengerek greenback, karena negosiasi plafon utang pemerintah AS belum menunjukkan titik terang. Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy pada hari Rabu menegaskan keinginan mereka untuk menaikkan plafon utang sesegera mungkin, tetapi belum ada rincian baru yang lebih konkret.
Saat berita ditulis pada awal sesi New York, dolar AS mendominasi mata uang-mata uang mayor. AUD/USD membukukan kinerja terburuk dengan merosot lebih dari 0.7 persen. EUR/USD, GBP/USD, dan NZD/USD masing-masing jatuh lebih dari 0.6 persen. Duet USD/JPY bahkan merangsek sampai level tertinggi sejak November 2022 pada kisaran 138.50-an.